Selasa, 27 Oktober 2015

Isu Arsitektur Yang Berhasil

PERKEMBANGAN RANCANGAN ROMO MANGUN (1984-2008) PADA PEMUKIMAN KALI CODE

Perkampungan Code memiliki ciri khas sebagai perkampungan yang berhasil membangun harmoni dengan lingkungan sekitarnya. Rumah-rumah yang berdiri di kawasan ini berderet dengan penataan arsitektural yang bagus, warna-warni yang cerah, lingkungannya tertata dengan baik, menggambarkan perencanaan dan kematangan pengelola dan masyarakatnya.


Tahun 1984 Kampung Code Utara dihuni 35 keluarga. Penghuni kampung ini terus bertambah dan tahun 2007 dihuni 54 keluarga yang meliputi 186 jiwa. Dulu kampung ini kumuh dan suram. Warga kampung yang rata-rata bekerja sebagai pemulung membangun rumah asal-asalan dari kardus dan plastik bekas. 
Menurut warga yang tinggal di bawah jembatan Gondolayu sejak tahun 1969 menjelaskan, status "kepemilikan" tanah di daerah ini mirip dengan status tanah sepanjang Kali Code yang bersifat digeser alias tidak ada yang memiliki sertifikat. Jikapun ada yang memiliki izin resmi bisa dihitung dengan jari.
 
Modernisasi kota menyebakan lingkungan pemukiman pra sejahtera tidak tertata dengan baik karena tidak mendapat dukungan pemerintah dari luar serta tidak dapat mengembangkan diri.
Keputusan pembangunan ruang perkotaan pun kemudian tidak lagi berada di tangan pemerintah, tetapi di tangan pemilik modal. Pemerintah kota atas nama hukum telah menjadi pembela para pemilik modal karena mereka adalah mesin pencetak pendapatan asli daerah. Akibatnya sangat fatal. Benturan-benturan budaya pun tidak terelakkan. Tidak adanya respek terhadap ruang publik dan menegasikan hak-hak warga kota lainnya sering terjadi. Jalur pedestrian seringkali diambilalih oleh pedagang kakilima, diintervensi oleh sepeda motor, atau diokupasi sebagai pangkalan ojek. 

Perkampungan-perkampungan kota pun seringkali memiliki tata hukum dan nilai sosial sendiri. Hidup membangun rumah di tanah-tanah tidak bersertifikat menjadi hal yang lazim. Akibatnya kelas menengah bawah tidak punya pilihan lain kecuali mundur ke pinggiran kota dengan beban ongkos transportasi yang mahal atau berjejal-jejal di hunian perkampungan kota yang kurang manusiawi di tengah kota. 

Strata identitas ini mudah terbaca dari lokasi dan lingkungan tempat mereka tinggal. Kaum miskin kota umumnya tinggal di tempat kumuh dan sumpek, sementara kaum berpunya tinggal di lokasi mahal dan umumnya berdensitas rendah.

Kawasan tak tertata terus bermunculan karena hanya warga yang memiliki bukti kepemilikan berhak atas rumah susun di kawasan itu. Penyebab lain terkait dengan kebijakan ekonomi makro yang menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi hanya di kota besar, khususnya Jakarta, yang sampai saat ini masih memegang porsi terbesar (65 persen lebih) dalam peredaran uang di Indonesia. Migrasi penduduk ke kota besar untuk mencari penghidupan tak terelakkan.

Melihat permasalahan kota-kota besar di Indonesia yang begitu mendasar dan kompleks, dibutuhkan strategi-strategi khusus dan unik untuk menghadapi isu-isu perkotaaan di atas. 

Kampung di kali Code yang menjadi lebih manusiawi dan kreatif melalui desain dan pendampingan oleh tim Romo Mangun (alm) juga bisa menjadi contoh bagaimana desain dapat menyentuh ruang-ruang marjinal secara spasial yang bukan tidak mungkin akan mempengaruhi pada perbaikan kondisi sosio-kultural.
  
Pra Rancangan
Keterbatasan lahan tempat tinggal serta lajunya pembangunan kota menyebabkan masyarakat  pemukiman kali Code tidak dapat mengikuti arus perkembangan kota.


Pada mulanya, pemukiman Kali Code sendiri tidak pernah menjadi hunian yang mengundang perhatian sebagaimana realita sekarang. Dulu tanah di bawah jembatan Gondolayu ini tidak bertuan. Masyarakat urban yang belum mempunyai tempat hunian kemudian memanfaatkannya sebagai tempat tinggal dengan bangunan seadannya. Orang sering menyebutnya sebagai masyarakat pinggir kali, yang disingkat menjadi Girli.

Kondisi struktur dan infrastruktur sosial komonitas Girli sangat mengenaskan, terlebih londisi perekonomian mereka yang merupakan penyebab dari sekian ironi masyarakit miskin kota. Dengan bangunan yang terbuat dari kardus dan triplek, rumah Girli amat rentan terhadap banjir yang bisa mengancam tiap musim hujan datang. Tapi apa boleh buat, tanpa pilihan mereka tetap menjadikan kawasan kumuh tersebut sebagai tempat hunian setelah mereka lelah bekerja seharian. Kondisi moral akibat keterdesakan ekonomi juga tak kalah mengenaskan.

Kondisi sosial itulah yang kemudian mengundang perhatian seorang pastor, arsitek, dan penulis. Dia adalah YB Mangunwijaya, seorang arsitektur jebolan Aachen, Jerman. Sebagai arsitek secara suka rela dia membangun pemukiman pinggir kali agar layak untuk ditempati dan tidak mudah menjadi korban banjir. Maka dibangunlah pemukiman sederhana tapi artistik dan kokoh di tepi sungai Code di bawah jembatan Gondolayu. Hasil dari karya Romo Mangun itu ternyata memukau publik. Bahwa bangunan rumah yang sederhana dan hanya terbuat dari kayu dan bambu, ternyata membawa keindahan tersendiri.

Beberapa warga kampung Girli Code itu berprofesi mulai dari penjual koran, pengamen, atau penarik becak. Bahkan menjadi perampok dan pekerja seks komersial merupakan pilihan yang mereka jalani demi menyambung hidup. Di bawah dekade 80-an kondisi masyarakat Kali Code sama sekali bukan daya tarik. Jangankan bisa dibanggakan, bertahan dari penggusuran saja merupakan prestasi yang menggembirakan bagi mereka.

Dengan bergotong-royong pembangunan perkampungan Kali Code dimulai. Warga dibantu sejumlah tukang kayu khusus. Namun sebelumnya warga berkumpul dan berdiskusi dengan Romo Mangun serta beberapa pegiat sosial. Keinginan warga dirundingkan, termasuk bentuk bangunan yang diinginkan. Ternyata semua warga sepakat mengubah bangunannya.
Selain mengubah fisik kampung, perlahan Romo Mangun juga mengubah mental warga. Warga yang semula berprofesi sebagai pemulung kini rata-rata bekerja sebagai pedagang, tukang parkir, dan karyawan toko. "Dulu rata-rata semua pemulung atau pengamen. Kami rata-rata sudah di sini sejak tahun 70 atau 80-an. Perubahan ini karena didikan Romo Mangun.

Tahun 1984 Kampung Code dihuni 35 keluarga. Penghuni kampung ini terus bertambah, dan tahun 2007 dihuni 54 keluarga yang meliputi 186 jiwa. Yang pasti, martabat kampung hunian ini telah diangkat dari pemukiman yang lekat dengan stigma kumuh, kotor, terpencil, dan mengganggu, menjadi kampung berperadaban, bermartabat, dan bernilai, terbukti dengan penghargaan yang diterimanya. Dan yang lebih penting dari semua itu, masyarakat perkampungan Code tidak lagi menghadapi ancaman penggusuran ataupun penertiban dari pihak Pemkot.

Kampung Code merupakan contoh keberhasilan proyek alternatif pembangunan tempat hunian wong cilik. Kampung sederhana ini tertata apik dengan berbagai fasilitas yang juga terbilang unik seperti tempat bermain, aula untuk pertemun warga,WC umum, rumah susun yang sehat, dan balai warga. Usaha itu akhirnya berhasil mengantar lelaki kelahiran Ambarawa, Jawa Tengah, menerima penghargaaan The Aga Khan Award (1992). Tak hanya itu, Kali Code juga meraih The Ruth and Ralp Erukine Fellowship (1995), sebagai bukti keberpihakan Romo Mangun kepada wong cilik.

Perilaku masyarakat terhadap lingkungan tergantung dari penataan bangunan. Hal ini dilatarbelakangi oleh tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penataan lingkungan. Hal ini dibuktikan dengan perilaku masyarakat pemukiman Kali Code sebelum dan sesudah rancangan Romo mangun. Terjadi perubahan perilaku positif dari segi drainase, sanitasi, penanggulangan sampah, derajat kesehatan maupun kehidupan sosiokultur masyarakat. Masyarkat Kali Code diwarisi perilaku hidup sehat dimana kebersihan menjadi hal yang sangat penting mengingat lokasi pemukiman mereka yang dekat dengan sungai. Lingkungan yang bersih ini secara otomatis memberikan efek psikologis terhadap masyarakat agar tetap dan terus menjaga perilaku hidu sehat.

Dengan demikian, kampung Code telah menjadi sebuah miniatur dari peradaban yang berbasis kepada arti penting local wisdom, yang diperlopori oleh seorang local jenius yang gigih. Hal ini dimungkinkan karena Romo Mangun tidak hanya mengubah desain arsitektur fisik perkampungan itu hingga kemudian terlihat lebih tertata, akan tetapi dia juga mendorong terciptanya perubahan sosial (sosial engineering) dengan cara mensolusikan dan memberdayakan perekonomian mereka. Dengan kata lain, sebagai arsitek, dia tidak hanya piawai menata interior dan eksterior sebuah bangunan, akan tetapi mental, moral, dan kepercayaan diri masyarakat Kali Code juga menjadi proyek garapan Romo Mangun.

Melalui perkampungan kali Code, Romo Mangun telah mewariskan kepada sekelompok masyarakat pola hidup dan desain ruang yang baru, kaya akan nilai seni arsitektur, yang bersumber dari kekuatan budaya dan kearifan lokal. Selain itu, lewat kampung itu pula Romo telah memberikan solusi bagi pemerintah dan warga Jogja, khususnya, dan bagi masyarakat berbudaya secara umum.









Diharapkan penataan kembali pemukiman di Code oleh Romo mangun dapat menginsipirasi pelaku pembanguan agar dalam melakukan pembangunan dapat memperhatikan kepentingan masyarakat bawah. 

Agar dapat dilakukan pembangunan yang memihak masyarakat terutama dari kelas menegah kebawah, pemerintah maupun swasta khususnya arsitek harusmemprioritaskan pembangunan yang sesuai agar taraf hidup dan perilaku masyarakat dapat berubah menjadi yang lebih baik.

Sumber : http://nicojaya.blogspot.co.id/2012/02/perkembangan-rancangan-romo-mangun-1984.html

Senin, 05 Oktober 2015

Arsitektur ekologi, biologi, lingkungan



Definisi Ekologi 

          Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") danlogos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914). Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.
              Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
             Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya. Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat tropik.

Ekologi dan Arsitektur

            Arsitektur ekologis merupakan pembangunan berwawasan lingkungan, dimana memanfaatkan potensi alam semaksimal mungkin. Info lingkungan
Kualitas arsitektur biasanya sulit diukur, garis batas antara arsitektur yang bermutu dan yang tidak bermutu. Kualitas arsitektur biasanya hanya memperhatikan bentuk bangunan dan konstruksinya, tetapi mengabaikan yang dirasakan sipengguna dan kualitas hidupnya. Apakah pengguna suatu bangunan merasa tertarik.
Pola Perencanaan Eko-Arsitektur selalu memnfaatkan alam sebagai berikut :
§  Dinding, atap sebuah gedung sesuai dengan tugasnya, harus melidungi sinar panas, angin dan hujan.
§  Intensitas energi baik yang terkandung dalam bahan bangunan yang digunakan saat pembangunan harus seminal mungkin.
§  Bangunan sedapat mungkin diarahkan menurut orientasi Timur-Barat dengan bagian Utara-Selatan menerima cahaya alam tanpa kesilauan
§  Dinding suatu bangunan harus dapat memberi perlindungan terhadap panas. Daya serap panas dan tebalnya dinding sesuai dengan kebutuhan iklim/ suhu ruang di dalamnya. Bangunan yang memperhatikan penyegaran udara secara alami bisa menghemat banyak energi.

Apabila Ekologi tidak diterapkan dalam dunia Arsitektur


         Salah satu aspek penting dalam disain arsitektur yang semakin hari semakin dirasakan penting adalah penataan energi dalam bangunan. Krisis sumber energi tak terbaharui mendorong arsitek untuk semakin peduli akan energi dengan cara beralih ke sumber energi terbaharui dalam merancang bangunan yang hemat energi. Konsep penekanan desain ekologi arsitektur didasari dengan maraknya issue global warming. Diharapkan dengan konsep perancangan yang berdasar pada keseimbangan alam ini, dapat mengurangi pemanasan global sehingga suhu bumi tetap terjaga. Kebanyakan arsitek hanya mementingkan desain pada bangunan itu sendiri dan tidak melihat disekeliling dampak pada lingkungan tersebut. Apabila tidak diterapkan ekologi dalam arsitektur maka akan terjadi :

  1. - Apabila bangunan terbuat dari kaca akan terjadi pemanasan global dan seharusnya di di perbanyak vegetasi pada bangunan dan lingkungan tersebut
  2. - Apabila bangunan tersebut termasuk penghambat arah lajur perairan maka akan menghambat air-air bekas hujan sehingga mengakibatkan banjir.


Terimakasih sudah membaca ^^ apabila ada kekurangan dan kesalahan tolong di kritik dan di beri saran. Selebihnya terimakasih :)

Sumber :








Pengertian Arsitektur
        Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaituperencanaan kota, perencanaan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain parabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.


Pengertian Lingkungan

      Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
     Bagi sebagian besar orang, waktu mereka dihabiskan untuk terlibat dalam organisasi baik formal maupun informal. Sejak kita memasuki masa sekolah hingga hidup bermasyarakat, tentunya banyak sekali kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti, seperti kelompok paduan suara, tim olahraga, kelosmpok musik atau drama, organisasi keagamaan di lingkungan tempat tinggal, atau juga bisnis. 
     Organisasi formal merupakan sistem tugas, hubungan, wewenang, tanggung jawab, dan pertanggung jawaban yang dirancang oleh manajemen agar pekerjaan dapat dilakukan. Sedangkan organisasi informal adalah suatu hubungan jaringan pribadi dan sosial yang mungkin tidak dilakukan atas dasar hubungan wewenang formal. Organisasi informal dapat terbentuk di dalam perusahaan karena adanya interaksi antar karyawan, contohnya kelompok arisan pada suatu kantor. Organisasi informal muncul karena adanya kebutuhan pribadi dan kelompok dalam suatu organisasi. 

     Organisasi formal merupakan sistem tugas, hubungan, wewenang, tanggung jawab, dan pertanggung jawaban yang dirancang oleh manajemen agar pekerjaan dapat dilakukan. Sedangkan organisasi informal adalah suatu hubungan jaringan pribadi dan sosial yang mungkin tidak dilakukan atas dasar hubungan wewenang formal. Organisasi informal dapat terbentuk di dalam perusahaan karena adanya interaksi antar karyawan, contohnya kelompok arisan pada suatu kantor. Organisasi informal muncul karena adanya kebutuhan pribadi dan kelompok dalam suatu organisasi. 

ENGARUH ARSITEKTUR DAN LINGKUNGAN

         Seorang arsitek, adalah seorang ahli di bidang ilmu arsitektur, ahli rancang bangun atau ahli lingkungan binaan.
          Istilah arsitek seringkali diartikan secara sempit sebagai seorang perancang bangunan, adalah orang yang terlibat dalam perencanaan, merancang, dan mengawasi konstruksi bangunan, yang perannya untuk memandu keputusan yang mempengaruhi aspek bangunan tersebut dalam sisi astetika, budaya, atau masalah sosial. Definisi tersebut kuranglah tepat karena lingkup pekerjaan seorang arsitek sangat luas, mulai dari lingkup interior ruangan, lingkup bangunan, lingkup kompleks bangunan, sampai dengan lingkup kota dan regional. Karenanya, lebih tepat mendefinisikan arsitek sebagai seorang ahli di bidang ilmu arsitektur, ahli rancang bangun atau lingkungan binaan.
Arti lebih umum lagi, arsitek adalah sebuah perancang skema atau rencana.
"Arsitek" berasal dari Latin architectus, dan dari bahasa Yunani: architekton (master pembangun), arkhi (ketua) +tekton (pembangun, tukang kayu).
Dalam penerapan profesi, arsitek berperan sebagai pendamping, atau wakil dari pemberi tugas (pemilik bangunan). Arsitek harus mengawasi agar pelaksanaan di lapangan/proyek sesuai dengan bestek dan perjanjian yang telah dibuat. Dalam proyek yang besar, arsitek berperan sebagai direksi, dan memiliki hak untuk mengontrol pekerjaan yang dilakukan kontraktor. Bilamana terjadi penyimpangan di lapangan, arsitek berhak menghentikan, memerintahkan perbaikan atau membongkar bagian yang tidak memenuhi persyaratan yang disepakati.
Namun dalam penerapan pekerjaan arsitektur jarang yang memperhatikan dampak lingkungan binaan sekitar
Pengaruh posotif pekerjaan arsitek terhadap lingkungan
  1. Memperhatikan hubungan antara ekologi dan arsitektur, yaitu hubungan antara massa bangunan dengan makhluk hidup yang ada disekitar lingkungannya, tak hanya manusia tetapi juga flora dan faunanya. Arsitektur sebagai sebuah benda yang dibuat oleh manusia harus mampu menunjang kehidupan dalam lingkugannya sehingga memberikan timbal balik yang menguntungkan untuk kedua pihak. Pendekatan ekologis dilakukan untuk menghemat dan mengurangi dampak  – dampak negatif yang ditimbulkan dari terciptanya sebuah massa bangunan, akan tetapi dengan memanfaatkan lingkungan sekitar. Contoh terapannya yaitu, munculnya trend green design.
  2. Memberikan dampak pada estetika bangunan
  3. Dapat memberikan pemecahan masalah pada tata letak bangunan atau kota.
  4. Memperhatikan kondisi lahan yang akan dibangun. Sebagai contoh bila bangunan akan didirikan pada lahan yang memiliki kemiringam, maka dengan pendekatan ekologis bisa dicarikan solusinya seperti memperkuat pondasi, atau menggabungkan unsur alam pada lingkungan dengan bangunan yang ada sehingga semakin estetis bangunan yang tercipta.
 Contoh :
        Taman ismail marzuki, Cikini, Jakarta Pusat.
        banyaknya lingkungan hijau di site bangunan tersebut dan pembuatan taman pada atap                         sehingga membuat dampak positif untuk mengurangi dampak global warming.

·         Sebagai taman hijau kota.
·         Pembuatan the "Artificial Sungai" dibuat sepanjang sisi barat laut situs untuk membantu mengumpulkan air hujan untuk didaur ulang dan mengganti pagar sebagai batas ramah antara taman dan sekitarnya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBpWjCOitPWhgR5FRKACk3phT1owJ5zjXSPhz4VdqSoDNkfVZkv32QzVCG0aMkRIjpsW84AboFto5MLmwyL5TbBGi_0gEgJGncvZKHNsTQxkgwpudJOildsVdelZNdg9wTT4ahCbGU3qQ/s640/Rev+2+b_resize.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgf0isoVRRaGYAL-Xa31hF22vqErc4dbRotheSR_9h-KtTa5dXGzff2yABNE9AHVK0zUhyphenhyphenOzfS5OKLitvcYuaMkDknzW0Rkzzor9Yl5Hs66yoy7cSo7_TgBwBXQIl8ONZ7xyRb48iLeiUk/s640/Rev+2+c_resize.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjR4Z7fcFjoEXUPo3S9l3fIUN-0m3APSy1jPkV9_tnnUJtMblQpLIsGv4HDllTsZFvCYHJutVmj8EkjqGLV-gqA6lZ5h1zqMKlwaZkx3GedNdp3niOaVNRUPi92Kwu5SRftRRit4IyCVIY/s640/Rev+2+d_resize.jpg 
Pengaruh buruk dari pekerjaan arsitek yang tidak memperdulikan lingkunagan

·          Ambrolnya sisi utara jalan raya RE Martadinata sepanjang 103 meter.

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmnuoN4l4d_F6SN7SwyLQmRWA6nSBp6aaJp7ryr2T1MBXqTgTS25uA1fJcW91NOwU_StFgN_mmaqhbID_tcTMmxEmUW3NZLxfcDDhfrYfCWWtaS_L_Jm6pS9hsnd5Q_x0LzffMUCVM8fo/s1600/jalan+ambruk.jpg
ambrolnya jalan RE martadinata tersebut merupakan contoh dari ketidak pedulian arsitek terhadap lingkungan sekitarnya, daerah yang seharusnya menjadi tempat hijau (tempat penanaman pohon bakau) dijadikan jalan raya. yang mengjutkan lagi seharusnya di pinggir-pinggir jalanan ditanami pohin bakau agar tidak terjadi abrasi terhadap tanah tapi ini tidak ada, bagai mana tidak ambrol apabila begitu?


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpUKLg8a4EOLQLHAojoiI40BJDF2SboHQR4oObP8VAi-wMiObu1XaYAV8Fwix2YhwEVbj3tXNDk7vM1Rno4F7ax0TbfyBlEjKkWwk-0sQsOZXHVyE0FlokGUZI-elwCLWCrD2YJ6aQXbY/s320/Banjir-Jakarta-3.jpg

·          Banjirnya Kota Jakarta
Banjirnya kota jakarta merupakan akibat dari sitem pembangunan-pembangunan di jakarta yang tidak memikirkan lingkungan, hal tersebut marupakan akibat dari lingkungan yang seharunya merupakan daerah hijau di jadikan menjadi gedung-gedung dan pemakaian plester penuh pada stiap permukaan tanah di kota jakarta sehingga tidak adanya tempat lagi untuk resapan air.
seharusnya untuk jalan pejalan kaki tidak perlu menggunakan plester melainkan menggunakan bata konblok agar air dapat meresap ke tanah.
negatif: 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEighJCoWmf-1zJJAXiP8oFWWWbQMUHOvJa8l_q7TQzSiU3P8uxUA-YpLaMX_Qv4dLLq50osiuijey7CrV1f_0ln1qAEiACGCqnoln2zLxcP3wM0hNYHJvStNCJxhhyphenhyphen4tfyVSaPWHTaugzs/s320/oh-bangku-kursi-ad39.jpg









Positif:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgYSBFVRzcmwrZJSwn8i-e340VjAMHJWsxavZK7oa77jzM5JgcxBcDBSoZ_JfVdYJNEYc8kBNQLisIGRveDV9-DVC6ls0XWLYmq_6vQYVM2lmLH7adAyndfLrlaktzWe7VyeRxBLAxIgM/s320/file_konblok_bata_warna_2.jpghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXnlitwNL1N1v9t62MMSeA-voJv1mIH0rDghQzOf2vJa3bupNidMkT5rAh0EIetAHShmtxNpg-avRKJUIK1e_gfimnYhXQC8gavj7kXn4PVBOT7648FWFpoHT75Cvju4Tv5KQufs44mTA/s1600/untitled.JPGhttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgRDW0Nsp8rIei-HUhT1WjI1nD1W7N70A0fehhWAhWs1ipioFXU0drz6D0Cz3NUMCRp0Un1hATboF3q1KpJgu9obPOGv0teWBx6GSCsz8xNukCNQw_eoVs1YYpr_Orywu2c96bs-b6EeE/s320/Grass-Block-dipostkan-oleh-Dotlahpis.jpg

         sebagai makhluk sosial tentu kita tidak dapat hidup sendiri. Kita membutuhkan orang lain baik dalam usaha memenuhi kebutuhan hidup maupun berinteraksi dalam suatu kelompok organisasi.


Sumber :











ARSITEKTUR SADAR LINGKUNGAN

          Salah satu kehidupan dasar manusia adalah papan (rumah) disamping sandang dan

pangan. Pemuasan kebutuhan dasar di bidang arsitektur sebaiknta dilaksanakan dengan

pembangunan yang sehat dan ekologis, menurut Rudolf Doernach merupakan ‘bangunan

hidup’ dan bukan dengan pembangunan teknis saja yang menantang kehidupan yang

menurut Rudolf Doernach adalah ‘bangunan mati’.

Atas dasar pengetahuan dasar –dasar ekologi, maka perhatian pada arsitektur sebagai

ilmu teknik dialihkan kepada arsitektur kemanusiaan yang memperhitungkan juga

keselarasan dengan alam.

Arsitekttur yang sadar lingkungan adalah bidang keilmuan yang mempengaruhi usaha

terhadap kelanjutan, keselarasan ekologi, dan kegiatan manusia yaitu yang menyangkut

masalah :

-pemeliharaan dan perawatan biosfer

-mendaur ulang sumber bahan baku alam

-pentrasformasikan energi secukupnya secara ekonomis

Saat ini hampir semua gedung modern merupaka sistem tertutup yang menggunakan

bahan sintetis yang canggih seperti kaca atau aluminium (yang bersifat padat, tidak

berpori yang menghambat sirkulasi) sehingga menggunakan penghawaan teknis (AC),

menggunakan bahan pelapis dinding dan langit – langit yang tipis dengan permukaan

licin dan keras sehingga tidak dapat meredam suara dan panas. Menyadari hal tersebut,

hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

Perencanaan arsitektur
·

Penentuan struktur dan kontruksi
·

Pemilihan material
·

Pengetahuan ekologi
·


ARSITEKTUR YANG SADAR LINGKUNGAN

1. Holistik

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKXGiYG9b492UzXwOeTKZb-Jqa6WwYjuL9FpwVP19BO_lS9w8zmR4Z9DOTcgJ192ZYxaaNPaQQiMUo_9BMpXyA2wdD6aGYwzzIwXQPhpyn8JtN2_BA_3lXThAnA87OHWC22r1R0f-8/s320/Capture.PNG

Konsep ekologi arsitektur yang holistik

Sebenarnya, eko-arsitektur tersebut mengandung juga bagian-bagian dari

arsitektur biologis (arsitektur kemnusiaan yang memperhatikan kesehatan), arsitektur

alternatif, arsitektur matahari (dengan memanfaatkan energi surya), arsitektur bionik

(teknik sipil dan konstruksi yang memperhatikan kesehatan manusia), serta biologi

pembangunan. Maka istilah eko-arsitektur adalah istilah holistik yang sangat luas dan

mengandung semua bidang.

Eko-arsitektur tidak menentukan apa yang seharusnya terjadi dalam arsitektur

karena tidak ada sifat khas yang mengikat sebagai standar atau ukuran baku. Namun,

eko-arsitektur mencakup keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya. Eko-

arsitektur mengandung juga dimensi yang lain seperti waktu, lingkungan alam, sosio

cultural, ruang, serta teknik bangunan. Hal ini menunjukkan bahwa eko-arsitektur bersifat

lebih kompleks, padat, vital dibandingkan dengan arsitektur pada umumnya.


2. Hemat Energi.

Manusia hidup bagi banyak kegiatan ia pasti memerlukan energi, untuk menyediakan

makanan, untuk membakar batu bara dan untuk memproduksi peralatan dalam bentuk

apapun dan pasti akan selalu membebani lingkungan alam. Api yang dapat

memberikan kehangatan dan menerangi kegelapan tetapi yang juga mengandung

kekuatan merusak yang menakutkan, dapat melambangkan energi dan bahan

bakarnya. Bahan bakar dapat digolongkan menjadi 2 kategori yaitu yang dapat

diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Walaupun kita telah mengetahui

perbedaan diantara keduanya, manusia tetap cenderung memanfaatkan energi yang

tidak dapat diperbaharui (batu bara, minyak, dan gas bumi) karena dianggap

penggunaannya lebih mudah. Penggunaan energi untuk seluruh dunia diperkirakan

3x1014 MW per tahun, yang berarti bahwa bahaya bagi manusia bukan hanya terletak

pada kekurangan energi tetapi juga pada kebanyakan energi yang dibakar dan

mengakibatkan kelebihan karbondioksida di atsmosfer yang mempercepat efek rumah

kaca dan pemanasan global.

3. Material Ramah Lingkungan.

Adapun prinsip-prinsip ekologis dalam penggunaan bahan bangunan :

- Menggunakan bahan baku, energi, dan air seminimal mungkin.


-Semakin kecil kebutuhan energi pada produksi dan transportasi, semakin kecil

   pula limbah yang dihasilkan.

- Bahan-bahan yang tidak seharusnya digunakan sebaiknya diabaikan.

- Bahan bangunan diproduksi dan dipakai sedemikian rupa sehingga dapat

dikembalikan kedalam rantai bahan (didaur ulang).

- Menggunakan bahan bangunan harus menghindari penggunaan bahan yang

berbahaya (logam berat, chlor).

- Bahan yang dipakai harus kuat dan tahan lama.

- Bahan bangunan atau bagian bangunan harus mudah diperbaiki dan diganti.


4. Peka Terhadap Iklim

       Pengaruh iklim pada bangunan. Bangunan sebaiknya dibuat secara terbuka dengan

jarak yang cukup diantara bangunan tersebut agar gerak udara terjamin. Orientasi

bangunan ditepatkan diantara lintasan matahari dan angin sebagai kompromi antara

letak gedung berarah dari timur ke barat, dan yang terletak tegak lurus terhadap arah

angin. Gedung sebaiknya berbentuk persegi panjang yang menguntungkan penerapan

ventilasi silang.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHD4lqokbuduSnA5N1Vb1BDHfafhuQiqrb2DRUOAiOXrf2awfSf8etjdNiLPHm-LLyGpv5raK1mbLn5QT-fvdoa2LE_EpxtcHECK4ZnQhA3V-SxV0tGum_7GBgxBcV7ZhI2i7RZxGq/s400/1.PNG

Sumber :