Kenyataan sosial :
Kenyataan
sosial adalah sesuatu yang dianggap sebagai pengetahuan dan pemahaman bersama
oleh masyarakat dan dan sebagian masyarakat tidak mengakui adanya kenyataan
sosial yang mutlak. Kenyataan sosial bukanlah sesuatu yang pemberian melainkan dibentuk pada situasi historis dan
budaya tertentu. Fakta-fakta sosial yang ada selama ini bukanlah sesuatu yang
murni hadir sebagai sebuah fakta. Obyek-obyek tersebut menjadi fakta karena
memiliki arti dan nilainya sendiri. Kenyataan sosial tersebut hadir sebagai
hasil dari interaksi antara agen dan struktur.
Sedangkan
untuk memudahkan pemahaman dalam mengklasifikasikan berbagai tingkatan dalam
kenyataan sosial, dapat dibedakan menjadi 4 tingkatan, yaitu tingkat budaya,
individu, interpersonal, dan struktur sosial
Tingkat Budaya
Kebudayaan
merupakan keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni
moral, hukum, kebiasaan, dan kemampuan- kemampuan, serta tata cara lainnya yang
diperoleh manusia sebagai seorang anggota masyarakat. Dengan demikian, fokus kajiannya meliputi nilai, simbol,
norma, dan pandangan hidup umu yang dimiliki bersama oleh suatu masyarakat.
Sehingga dalam arti luas, kebudayaan terdiri atas produk- produk tindakan dan
interaksi manusia, termasuk benda- benda materi maupun nonmateri.
2.
Tingkat
Individual
Tingkat ini
menempatkan individu sebagai pusat perhatian untuk analisis utama. Sebagai
contoh Weber sangat tertarik pada masalah- masalah sosiologis yang luas
mengenai struktur sosial dan kebudayaan tetapi dia melihat bahwa kenyataan
sosial secara mendasar terdiri atas individu- invidu dan tindakan- tindakan
sosialnya yang bermakna
Perlu
diketahui bahwa dunia budaya tidaklah dipandang sebagai sesuatu yang sesuai
dengan pemahaman yang dimengerti menurut hukum- hukum ilmu alam saja yang
memiliki hubungan kausal. Kenyataannya , dunia budaya dilihatnya sebagai
sesuatu dunia kebebasan dan dalam hubungannya dengan pengalaman serta pemahaman
internal diman arti- arti subjektif itu ditangkap. Selalu penetahuan objektif
tentan tipe yang dicari dalm ilmu- ilmu alam tidaklah cukup. Pandangan yang menempatkan ilmu sosial budaya itu
bersifat serba relative.
3.
Tingkat
Interpersonal
Kenyataan
sosial pada tingkat ini meliputi interaksi antara individu dengan individu
maupun dengan kelompok, dalam arti yang berhubungan dengan komunikasi simbolis,
penyesuaian timbal balik, negosiasi tindakan yang saling tergantung, kerja
sama, maupun konflik. Dua persepektif teoretis utama yang menekankan tingkatan
ini adalah teori interaksionisme simbolik dan teori pertukaran
4.
Tingkat
Struktur Sosial
Jika
dibanding dengan sebelumnya, tingkatan struktur sosial ini jauh lebih abstrak.
Perhatiannya bukan pada individu- individu, tindakan- tindakan, serta interaksi
sosial, melainkan pada pola- pola tindakan dan jaringan- jaringan interaksi
yang disimpulkan dari pengamatan terhadap keteraturan dan keseragaman yang
terdapat dalam waktu dan ruang tertentu. Tekanannya terletak pada struktur-
struktur sosial yang kecil maupun besar. Dua aliran utama yang berhubungan dengan
tingkatan ini adalah teori fungsional dan teori konflik.
Masalah sosial
Masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara
unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok
sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan
gangguan hubungan sosial. Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan
yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat
menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam.
Masalah
sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan,
pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dll.
4. Faktor Psikologis : Penyakit syaraf, aliran sesat, dll.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dll.
4. Faktor Psikologis : Penyakit syaraf, aliran sesat, dll.
Masalah sosial di Indonesia terjadi seperti lingkaran setan,
Pemerintah telah membuat peraturan tentang akan memberi denda pada orang yang
bersedekah pada pengemis, dan pemerintah juga sibuk dengan kebijakan-kebijakan
yang telah dan akan dibuat yang berkaitan dengan masalah sosial yang terjadi di
Indonesia seperti PNPM Mandiri, Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Masalah sosial yang sangat terasa di saat sekarang ini
adalah realita kemiskinan yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Kita semua
menyadari bahwa kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial di Indonesia
yang tidak mudah untuk diatasi. Beragam upaya dan program dilakukan untuk
mengatasinya tetapi masih banyak kita temui permukiman masyarakat miskin hamper
di setiap sudut kota.Keluhan yang paling sering disampaikan mengenai pemukiman
masayarakat miskin tersebut adalah rendahnya kualitas lingkungan yang dianggap
sebagai bagian kota yang mesti disingkirkan.
1.
Masalah Sosial Kemiskinan :
Pendekatan konvensional yang paling popular
dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah adalah menggusur
pemukiman kumuh dan kemudian diganti oleh kegiatan perkotaan lainnya yang
dianggap lebih bermartabat. Cara seperti ini yang sering disebut pula sebagai
peremajaan kota bukanlah cara yang berkelanjutan untuk menghilangkan kemiskinan
dari perkotaan.
Kemiskinan dan kualitas lingkungan yang rendah
adalah hal yang mesti dihilangkan tetapi tidak dengan menggusur masyarakat yang
telah bermukim lama di lokasi tersebut. Menggusur secara paksa adalah hanya
sekedar memindahkan kemiskinan dari lokasi lama ke lokasi baru dan kemiskinan
tidak akan pernah berkurang. Bagi orang yang tergusur malahan penggusuran ini
akan semakin menyulitkan kehidupan mereka karena mereka mesti beradaptasi
dengan lokasi pemukimannya yang baru dan penggusuran secara paksa bahkan sampai
dengan adanya unsur anarkisme itu adalah melanggar hak asasi manusia yang
paling hakiki dan harus dihormati bersama.
Indonesia, paling sedikit kami menemukan dua
masyarakat miskin di Jakarta yang melakukan aktivitas hijau untuk meningkatkan
kualitas lingkungan sembari menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat
miskin. Jakarta Utara dan masyarakat kampung Toplang di Jakarta Barat mereka
mengelola sampah untuk dijadikan kompos dan memilah sampah nonorganik untuk
dijual.
Aktivitas hijau di Penjaringan, Jakarta Utara
dilakukan melalui program Lingkungan Sehat Masyarakat Mandiri yang diprakarsai
oleh Mercy Corps Indonesia. Masyarakat miskin di Penjaringan terlibat aktif
tanpa terlalu banyak intervensi dari Mercy Corps Indonesia. Program berjalan
dengan baik dan dapat meningkatkan kualitas lingkungan kumuh di Penjaringan.
Masyarakat di Penjaringan sangat antusias untuk melakukan kegiatan ini dan
mereka yakin untuk mampu mendaur ulang sampah di lingkungannya dan
menjadikannya sebagai lapangan pekerjaan yang juga akan berkontribusi untuk
mengentaskan kemiskinan di lingkungannya.
Cara untuk mengatasi kemiskinan dan rendahnya
kualitas lingkungan permukiman masyarakat miskin adalah tidak dengan
menggusurnya. Penggusuran hanyalah menciptakan masalah sosial perkotaan yang
semakin akut dan pelik. Penggusuran atau sering diistilahkan sebagai peremajaan
kota adalah cara yang tidak berkelanjutan dalam mengatasi kemiskinan.
Aktivitas hijau seperti yang
dilakukan oleh masyarakat Penjaringan dan Kampung Toplang merupakan bukti kuat
bahwa masyarakat miskin mampu meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan
juga mengentaskan kemiskinan. Masyarakat miskin adalah salah satu komponen
dalam komunitas perkotaan yang mesti diberdayakan dan bukannya untuk digusur.
Solusi yang berkelanjutan untuk mengatasi kemiskinan dan pemukiman kumuh di
perkotaan adalah pemberdayaan masyarakat miskin dan bukanlah penggusuran.
Lain lagi kemiskinan yang terjadi di masyarakat
Flores, bagi masyarakat Flores kemiskinan merupakan sebuah fakta. Ini muncul
dalam berbagai aspek dan bentuk kehidupan masyarakat sehingga menjadi sebuah
persoalan yang pelik dan serius. Menyoal kemiskinan, lantas membedahnya dan
menemukan solusi pengentasannya bagai mengurai benang kusut yang sangat rumit
untuk diselesaikan.
Secara alamiah daerah Flores termasuk daerah
yang gersang dan tandus. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena fakta
membuktikan curah hujan yang rendah dan musim panas yang panjang. Problem
alamiah ini diperparah dengan keadaan geografis Flores yang tergolong rentan
akan bencana alam. Berangkat dari latar belakang ini, sebetulnya keadaan
sosial-ekonomi masyarakat Flores sudah bisa diukur. Hampir sebagian besar
masyarakat Flores bertani secara musiman, dan amat tergantung pada hasil
pertanian jangka panjang. Sementara yang menetap di pesisir pantai
menggantungkan hidupnya pada hasil tangkapan laut. Dari sini dapat diukur
kemampuan ekonomi rata-ratanya, bahwa pendapatan perkapita sangat rendah dan
masih terbilang berada di bawah garis kemiskinan.
2. Masalah Sosial Pendidikan :
Dari satu siaran press Institut Pertanian Bogor (IPB) yang saya baca
waktu itu, Profesor Maman Djauhari (dosen Matematika, Intitut Teknologi Bandung) mengatakan
dalam salah satu konferensi internasional di IPB bahwa dari sekitar 2500
perguruan tinggi di Indonesia hanya ada 8 perguruan tinggi yang memiliki
Jurusan atau Departemen Statistika. kurang dari satu persen. Mungkinkah ini
salah satu penyebab lemahnya penelitian di Indonesia
Sebenarnya apa sih yang terjadi, dan mengapa
sampai jurusan statistika kurang diminati Bagaimana dampak kekurangan minat
pada bidang statistik ini dalam kehidupan masyarakat Semua itu muncul dalam
benak saya sehabis membaca informasi dalam siaran press itu.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa pelajaran
Statistik adalah momok bagi mahasiswa. Tidak hanya di Indonesia di Amerika pun
sama saja, sehingga banyak yang menghindar untuk mengambil matakuliah Statistik
kalau memungkinkan. Hal ini bukan karena tingkat kesulitan dari mata
pelajaran Statistik itu sendiri tetapi “image” yang berkembang sebelumnya
sudah menakutkan
Ilmu Statistik itu muncul sebenarnya karena
kita semua punya keterbatasan. Keterbatasan dalam arti waktu, biaya, sumber
daya manusia dll. Selain itu kalaupun kita tidak mempunyai keterbatasan dan
bisa melakukan sensus, ada populasi tertentu yang hampir tidak mungkin kita
hitung rata-ratanya. Contohnya, bagaimana kita menghitung rata-rata usia orang
Indonesia secara tepat. Setiap menit ada yang lahir dan ada yang meninggal,
setiap hari ada yang keluar dan ada yang masuk ke Indonesia, ada pula yang
tidak mau dirinya dihitung dst. Jadi hampir tidak mungkin kita bisa menghitung
rata-rata usia orang Indonesia secara tepat. Disinilah perlunya
statistik. Istilah-istilah seperti sample, survey, standard
error misalnya, semuanya memperlihatkan bagaimana dengan keterbatasan yang
ada kita bisa melakukan inferenceinference yang tepat pula.
Kelemahan di bidang penelitian di Indonesia
terlihat pada saat pemerintah ribut masalah penemuan padi yang sekali tanam
bisa panen tiga kali. Biasanya setelah panen sawah dibersihkan, diolah lagi dan
untuk musim tanam berikutnya ditanam bibit yang baru. Dalam hal padi yang di
temukan ini setelah panen, sawah dibiarkan sehingga bibit baru tumbuh dari
bekas panen sebelumnya. Tujuannya agar petani tidak perlu membeli bibit
lagi. Sebelum di lempar ke masyarakat harusnya pemerintah tahu kalau
sifat penelitian seperti itu adalah repeatable, dalam arti kalau diulang
dalam kondisi yang sama akan mengeluarkan hasil yang sama. Ternyata setelah
dipasarkan, ditanam oleh petani didaerah lain gagal menghasilkan hasil yang
sama dengan yang dijanjikan. Terlihat bahwa pemerintah tidak terlalu perduli
dengan statistik. Jika perduli tentunya sebelum benih dari padi ini dilempar ke
masyarakat, mereka akan melakukan penelitian kembali dengan kondisi yang
berbeda, lokasi yang berbeda dst.
Banyak yang bisa dilakukan kalau kita familiar
dengan statistik. Yang paling penting adalah kita bisa menjadi lebih
berhati-hati kalau membaca kesimpulan dari suatu penelitian. Misalnya pada
waktu UUP akan di undangkan, ada salah satu badan yang mengadakan jajak
pendapat (maaf, lupa nama badannya). Kesimpulan yang di peroleh adalah sebagian
besar masyarakat Indonesia menyetujui RUUP ini. Begitu membaca, pertanyaan yang
muncul tentunya adalah bagaimana jajak pendapat (opinion polls) ini
dilakukan.
Ini sekedar beberapa contoh, yang mengungkapkan
minat dan pengamatan saya pada bidang kesukaan saya ini. Semakin saya
mengutak-atik terutama aplikasinya, terasa Statistik semakin menarik.
Mudah-mudahan suatu saat statistik tidak lagi merana karena selalu dilihat
sebagai sesuatu yang menakutkan, dan besar harapan saya, semoga pengambilan
keputusan baik di perusahaan maupun pemerintahan akan semakin baik dengan
penguasaan statistik yang memadai.
Sumber:
http://igunsetiono.blogspot.com/2011/12/masalah-masalah-sosial-yang-ada-dalam.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar